Pada prinsipnya, konsep pengendalian
hama terpadu adalah pengendalian hama yang dilakukan dengan mengggunakan
kekuatan unsur-unsur alami yang mampu mengendalikan hama agar tetap berada pada
jumlah di bawah ambang batas yang merugikan. Pengendalian hama terpadu
berpegang pada prinsi-prinsip sebagai berikut :
1. Pemanfaatan
pengandalian alami (secara biologis dan mekanis) seoptimal mungkin, dengan
mengurangi tindakan-tindakan yang dapat mematikan musuh alami atau organism
yang bukan sasaran.
2. Pengolahan
ekosistem dengan mengubah microhabitat sehingga tidak menguntungkan bagi
kehidupan organism pengganggu (hama dan pathogen), melalui teknik budidaya yang
intensif : penanaman bibit dari varietas yang tahan hama dan penyakit,
pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup hama dan pathogen, sanitasi
(kebersihan) lingkungan pengolahan tanah secara intensif, pemberian air
pengairan yang sehat, pemupukan yang berimbang menurut kebutuhan, dan
pengaturan jarak tanam.
3. Penggunaan
pestisida organik secara bijaksana, yaitu dengan memperhatikan waktu, dosis,
dan efektivitas. Pestisida harus digunakan pada saat yang tepat, yakni
pengendalian dengan cara lain sudah tidak memungkinkan lagi. Dosis juga harus
tepat, menurut kondisi setetmpat dan luas areal yang terserang. Penggunaan
pestisida juga harus efektif, yaitu memilih jenis pestisida yang mempunyai daya
racun hama atau pathogen sasaran.
Unsur
– unsur PHT organik
Terdapat empat unsur dasar setiap
program PHT adalah pengendalian alamiah, pengambilan (sampling), tingkat
ekonomik dan pengetahuan yang lebih mendalam tentang biologi dan ekologi dari
semua jenis serangga yang penting dalam sistem itu. Setiap unsur adalah penting
dan memberikan bantuan peran yang lebih besar kepada semua komponen yang dapat
diterapkan dan disesuaikan dalam setiap pengelolaan serangga hama.
A. Pengendalian
Alamiah (Natural Control)
Pengendalian secara alamiah, yaitu
pengendalian dengan menggunakan predator dan parasit atau pengendalian secara
hayati (biologis) yang terjadi di alam. Dalam hal ini apabila populasi serangga
hama rendah maka serangga tersebut bukan merupakan hama yang mengganggu.
B. Tingkat Ekonomik (Ambang Ekonomi)
Tingkat ekonomik atau ambang ekonomi
adalah sampai berapa tinggi tingkat populasi serangga hama, sehingga
pengendalian perlu dimulai untuk mencegah kerusakan ekonomis lebih lanjut dari
tanaman yang dibudidayakan tersebut.
Apabila serangga hama telah merugikan
bagi petani, serta telah menurunkan kualitas dan hasil produksi tanaman yang
dibudidayakan oleh petani tersebut maka hal tersebut yang disebut telah
mencapai ambang ekonomi. Maka tindakan menggunakan pestisida baru akan diambil
oleh petani untuk memusnahkan hama dan penyakit tersebut.
C. Biologi
dan Ekologi Serangga
Pengetahuan tentang biologi dan ekologi
serangga hama dan serangga-serangga yang berguna adalah sangat penting dalam
menyusun strategi pengendalian terutama dalam pengendalian hama dan penyakit.
Informasi baru tentang hama dapat
memeberikan kunci atau bahkan cara yang lebih baik dalam memecahkan masalah
hama tersebut. Hal tersebut dilakukan juga untuk menghindari agar hama tidak
resisten terhadap pestisida, dikarenakan hal tersebut dampak mengakibatkan
meledaknya penggunaan pestisida itu sendiri. Pestisida pun tidak baik untuk
manusia dan lingkungan, sebaiknya penggunaan pestisida disesuaikan dengan
biologi dan ekologi serangga tersebut.
Strategi
PHT Organik
Dalam konsep PHT, pengendalian OPT
dilakukan dengan berbagai cara yang dipadukan secara serasi untuk menurunkan
populasi, kemudian mempertahankannya pada tingkat yang dapat ditoleransi.
Karena status OPT ditentukan oleh OPT dan tanaman, maka strategi pengendalian
OPT ditekankan pada modifikasi salah satu atau keduanya, yakni (Pedigo 1999):
1. Strategi
tanpa pengendalian
Strategi ini diterapkan pada kondisi
ekosistem pertanian yang masih stabil dan alami dimana keseimbangan dan
interaksi didalam ekosistem masih terjaga dengan baik. Upaya tersebut dapat
dilakukan dengan mengelola ekosistem sedemikian rupa sehingga menguntungkan
musuh alami dan mampu mengendalikan populasi OPT. Upaya tersebut dilakukan
antara lain dengan mengatur pola tanam dan menggunakan pestisida secara
bijaksana berdasarkan kepadatan populasi OPT. Dengan demikian akan selalu
terjadi keadaan populasi OPT dibawah ambang ekonomi.
2. Strategi
menurunkan populasi OPT
Strategi ini diterapkan untuk dua
situasi. Pertama, bila berdasarkan pengalaman, populasi OPT akan melampaui AE,
maka untuk tujuan preventif, sebelum tanam harus dilakukan upaya mengubah
lingkungan menjadi tidak disukai OPT. Kedua, bila dalam kondisi normal,
populasi OPT akan berada di atas AE sepanjang musim, maka untuk tujuan kuratif
harus disiapkan tindakan pengendalian. Contoh tindakan preventif, antara lain:
Pengaturan pola tanam untuk menciptakan
lingkungan yang kurang menguntungkan bagi OPT untuk bertahan hidup, tumbuh, dan
bereproduksi. Pengaturan pola tanam meliputi pergiliran tanaman, waktu tanam,
dan tanam serentak. Pergiliran tanaman dimaksudkan untuk memutus rantai pakan
OPT. Pengaturan waktu tanam dimaksudkan untuk menghindarkan masa kritis tanaman
dari serangan OPT. Pengaturan tanam serentak dimaksudkan agar tidak terjadi
tumpang tindih generasi OPT.
Pengaturan teknik bercocok tanam
dimaksudkan agar pertumbuhan tanaman dan hasil panen menjadi optimal. Pengaturan
teknik bercocok tanam dapat pula digunakan untuk menghambat perkembangan
populasi OPT, misalnya pengaturan jarak tanam, penggenangan, dan sanitasi.
3. Strategi
mengurangi kerentanan tanaman
Penggunaan varietas tahan tidak
mengurangi populasi OPT secara langsung, tetapi tanaman dapat menolak atau
mentoleransi OPT. Strategi ini biayanya murah dan mudah dilakukan petani dan
aman bagi lingkungan. Strategi ini dapat disertai dengan meningkatkan vigor
tanaman melalui pengaturan pengairan dan pemupukan Ada tiga mekanisme ketahanan
tanaman terhadap OPT, yakni antixenosis, antibiosis, dan toleran. Antixenosis
adalah sifat tanaman yang tidak disukai serangga karena adanya senyawa kimia
yang bersifat racun atau adanya struktur dan morfologi tanaman yang dapat
menghalangi proses makan atau peletakan telur. Antibiosis adalah sifat tanaman
yang dapat mengeluarkan senyawa beracun bagi serangga yang mengonsumsinya,
sehingga akan mengganggu pertumbuhan, menurunkan keperidian, atau memperlambat
kematangan seksual serangga. Contoh,
kandungan gosipol untuk ketahanan terhadap penggerek tongkol jagung (Heliothis),
Toleran adalah sifat tanaman yang mampu menyembuhkan diri (recovery) dari luka
atau mampu tumbuh lebih cepat setelah terjadinya serangan OPT. Contoh, tanaman
jagung yang memiliki volume perakaran luas tahan terhadap kumbang akar jagung Diabrotica
virgifera.
4. Strategi
kombinasi
Strategi yang mengombinasikan upaya
penurunan populasi OPT dan kerentanan tanaman menguntungkan karena jika satu
teknik gagal, teknik lainnya dapat membantu mengendalikan OPT. Selain itu,
efektivitas suatu teknik pengendalian dapat ditingkatkan jika digunakan secara
bersama-sama dengan teknik pengendalian lainnya. Ada beberapa teknik
pengendalian yang dapat digunakan secara terpadu untuk menurunkan status OPT,
yakni:
a. Pengendalian
dengan teknik budi daya, misalnya menggilir tanaman padi dengan jagung atau
kedelai; menanam kedelai dan jagung secara berselang-seling pada petak berbeda;
menanam padi varietas toleran terhadap serangan OPT; dan menanam tanaman
perangkap OPT.
b. Pengendalian
hayati, misalnya mengonservasi parasitoid dan predator; dan memperbanyak dan
melepas agens hayati (virus, bakteri, cendawan, dan nematoda patogen serangga).
c. Pengendalian
mekanis dan fisik, misalnya mengumpulkan dan membinasakan kelompok telur dan
ulat; dan menggenangi lahan untuk mematikanulat yang berada di tanah.
d. Pengendalian
dengan pestisida nabati, misalnya dari tanaman mimba (Azadirachta indica) yang
mengandung bahan aktif azadirachtin apabila populasi OPT telah melampaui AE.
Pestisida kimia dapat digunakan sebagai pilihan terakhir apabila tidak tersedia
bahan pengendali OPT yang bersifat alami.
Sumber : https://drive.google.com/open?id=1QJT0NezALCJlT5mhh2erWZ29iDcYCfbK
0 comments:
Posting Komentar