Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman terus memacu peningkatan produksi bahkan ekspor komoditas pertanian khususnya hortikultura secara drastis. Karenanya, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Hortikuktura menggelar rapat koordinasi peningkatan produksi, investasi dan akselerasi ekspor komoditas hortikultura bersama para eksportir di Jakarta, Senin (29/10). Rapat tersebut dipimpin langsung Mentan Amran dan dihadiri dari Kementerian Luar Negeri.

Dalam rapat koordinasi ini, Mentan Amran mendengar keluhan lebih dari 10 eksportir dan langsung memberikan solusinya. Yakni disepakati percepatan surat izin ekspor dengan memotong waktu perijinan ekspor di Kementan dari 312 jam yakni 13 hari menjadi hanya 3 jam.

“Hari ini kita keluarkan kebijakan baru dan merevisi Permentan. Izin dulu maksimal 13 hari, ekspor naik 24 persen. Tapi hari ini kita pangkas menjadi 3 jam. Kami menyiapkan karpet merah untuk eksportir. Ini perintah bapak presiden. Kita bikin ekspor naik drastis,” demikian diungkapkan Amran usai memimpin rapat kordinasi dengan eksportir.

“Kami minta pandangan dari para ekspor. Hadir juga kementerian lain yaitu Kemenlu. Kami yakin kebijakan strategis ini bisa mengangkat ekspor lebih tinggi. Kami akan terus melakukan mengawalan,” sambung dia.

Menurut Amran, jika pengurusan izin di Kementan sudah 3 jam, pengurusan di instansi lainya akan menyusul sehingga izin keluarnya lebih cepat. Sehingga Kementan memberikan contoh percepatan pengurusan izin di sektor hulu.

“Jika dulu eksportir mendatangi kami, tapi kini kita layani dan kita datangi. Para ekspor tidak perlu lagi mikir dokumen, tidak perlu datang mengurus, cukup di rumahnya saja. Kalau ekspor naik, perekonomian nasional pun meningkat,” ujarnya. 

Lebih lanjut Amran menegaskan potensi sektor pertanian Indonesia khususnya komoditas hortikultura sangat menjanjikan untuk menguasai pasar ekspor sehingga mendongkrat neraca perdagangan. Terbukti, dari catatan BPS, ekspor pertanian tahun 2017 mencapai Rp 442 triliun, naik 24 persen dibanding 2016. 

“Hasilnya, neraca perdagangan pertanian 2017 sebesar surplus Rp 214 triliun,” tegasnya.

Amran menekankan kunci peningkatan produksi dan ekspor tidak terlepas dari kontribusi atau kerja sama yang baik antara pemerintah dengan pelaku usaha. Pengusaha di bidang pertanian merupakan mitra utama keberhasilan sektor pertanian dalam menunjang peningkatan pendapatan negara. 

“Kementrian pertanian telah mempermudah ijin dan urusan berusaha khususnya untuk ekspor produk pertanian. Dulu, mengurus izin bisa 6 bulan, 1 tahun, 2 tahun. Sekarang kita percepa bisa 1 jam,” tuturnya.

“Kita terapkan sistem OSS (red.Online Single Submission). Ini perintah Bapak Presiden untuk akselerasi ekspor dan investasi. Kami minta semua operasi OSS 24 jam, setiap hari sabtu-minggu masuk,” imbuh Amran. 

Oleh sebab itu, rapat kordinasi ini memiliki peran strategis untuk akselerasi investasi dan ekspor. Pasalnya, untuk mengejewantahkan hal ini perlu adanya sinergi yang baik. Yakni mendengarkan masalah yang dihadapai pengusaha hortikuktura dan memecahkannya secara cepat.

“Saya minta segera dibentuk tim Kementan untuk memecahkan masalah-masalah ekspor. 
Masalah-masalah administrasi persyaratan dan perijinan dipermudah untuk mendorong percepatan ekspor,” kata Amran.

Terkait investasi, Amran menyebutkan di tahun 2013, investasi di sektor pertanian mencapai Rp 29,3 triliun, selanjutnya tahun 2014 naik menjadi Rp 44,9 triliun. Akumulasi peningkatan investasi dari 2013 ke 2017 sebesar Rp 61,97 triliun. 

“Nilai investasi tahun 2017 sebesar Rp 45,9 triliun, naik 14,2 persen per tahun sejak 2013. Kemudian, total investasi 2013 sampai 2018 mencapai Rp 270,05 triliun,” sebutnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Suwandi mengatakan Permentan terkait akselerasi ekspor yang direvisi yakni Permentan Nomor 38 Tahun 2017 dirubah menjadi Pementan Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura. Rekomendasi ini mengatur juga izin ekspornya.

Berkaitan dengan pelayanan ekspor benih hortikultura, dilakukan terobosan baru dan percepatan dengan merevisi Permentan 17 tahun 2018, semula 13 hari direvisi menjadi 3 jam, ujarnya.

“Dengan perubahan ini kami membuka selebar-lebarnya ekspor produk hortikultura. Ini penting karena kontribusi ekspor komoditas hortikultura cukup tinggi. Ekspor total hortikultura segar Januari hingga Agustus 2018 mencapai Rp 1,28 triliun, naik 27 persen dibanding Januari sampai Agustus 2017 yang hanya Rp 0,94 triliun,” kataya.

“Sementara total ekspor hortikultura segar dan olahan Januari hingga Agustus 2018 mencapai Rp 2,87 triliun,” tandas Suwandi.

Sumber : http://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=3441


Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis Indonesia mengalami surplus produksi beras sebanyak 2,8 juta ton. Oleh karena itu, rencana pemerintah yang akan mengimpor beras dinilai langkah yang tidak tepat.

Hal itu dikemukakan sejumlah kalangan mengomentari polemik impor beras yang berkembang selama ini. Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio mengatakan dengan hasil paparan BPS yang menegaskan Indonesia mengalami surplus produksi beras ini memang sebuah prestasi. 

“Ini prestasi pemerintahan Jokowi, khususnya prestasi Kementerian Pertanian di bawah komando Menteri Amran dan prestasi para petani,” ujar Hendri Satrio yang akrab disapa Hensat dalam rilisnya, belum lama ini. 

Hensat menambahkan, apa yang telah diupayakan Kementan dengan terus menggenjot produksi ini menimbulkan kenyamanan. “Walau dari beberapa survei ekonomi, negara kita mengalami kesulitan, namun dengan surplus beras ini, rakyat tidak lagi takut akan kekurangan beras,” imbuhnya. 

Menurut Hensat, yang menjadi tantangan saat ini adalah bagaimana distribusi surplus beras ini memang benar-benar bisa dinikmati rakyat. “Dengan data kuat seperti ini harusnya sisi lain sektor pemerintah di bidang perdagangan segera berkoordinasi dengan Kementan sehingga tidak ada lagi polemik tentang harus atau tidaknya mengimpor beras,” tegasnya. 

Surplus beras ini, kata Hensat, bisa menjadi rujukan kuat karena metodenya telah disempurnakan oleh BPS sehingga seharusnya memang kita tak perlu impor beras lagi.

Kendati BPS menyatakan Indonesia surplus beras, namun lembaga ini malah mendukung pemerintah mengimpor beras 2 juta ton. Hal itu dikemukakan Kepala BPS Kecuk Suhariyanto saat jumpa pers di Jakarta, Selasa (23/10) lalu. 

“Kenapa masih impor? Karena surplus (beras) ini tidak terletak di satu tempat. Surplus (keberadaannya) tersebar di petani, konsumen, pedagang, penggilingan sehingga, tidak bisa dijadikan sebagai acuan cadangan beras nasional. Itu tidak bisa dikelola pemerintah,” ungkap Kecuk. 

Menyikapi pernyataan tersebut, Anggota Komisi XI DPR Heri Gunawan mengatakan bahwa hal itu bukan tupoksi BPS. Menurutnya, BPS melenceng dari tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga negara di bidang statistik. 

“Bukan bagian dia itu (memberikan dukungan atas kebijakan impor beras),” Heri Gunawan di Jakarta, Jumat (26/10). Politikus Partai Gerindra ini menekankan tugas BPS paling utama adalah menyinergikan data produksi yang dimilikinya kepada kementerian dan lembaga terkait. 

Artinya, BPS harus memastikan bahwa data produksi yang diperolehnya betulbetul diolah dengan menggunakan metode yang tepat. “Data itu pula menjadi dasar bagi pemerintah untuk menetapkan sebuah kebijakan,” terangnya.

Lanjut Membaca Klik Disini...

Suara.com - Kementerian Pertanian (Kementan), melalui Badan Karantina Pertanian(Barantan), menegaskan komitmen pemerintah untuk terus melakukan inovasi untuk mendorong ekspor, termasuk dalam hal percepatan layanan sertifikasi ekspor karantina. Hal tersebut diungkapkan Kepala Barantan, Banun Harpini, saat menghadiri acara pembukaan Trade Expo Indonesia Tahun 2018 di Serpong, Tanggerang, Rabu (24/10/2018).
"Sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo, agar neraca perdagangan positif, maka ekspor harus lebih besar dari impor, dan kami siap mengantisipasi peningkatan dengan percepatan layanan karantina," katanya.
Stan Barantan, yang terletak di 9-73A, menampilkan layanan monitoring lalulintas produk pertanian secara online dan real time melalui Indonesia Quarantina Full Automation System (IQFAST). Sistem ini tengah diintegrasikan dengan Sistem Layanan Perbankan, sehingga akan memudahkan pelaku usaha dalam bertransaksi pembayaran jasa layanan karantina sesuai ketentuan yang berlaku dan bebas pungli.
Terobosan kebijakan dan inovasi layanan karantina bakal terus didorong untuk mengakselerasi ekspor produk pertanian. Salah satu sertifikat karantina pun kini sudah dibuat dalam tiga bahasa, yaitu Bahasa Indonesia, Inggris dan Mandarin.
"Terobosan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan negara tujuan ekspor," ungkap Banun.
Pada kesempatan itu, dengan menggunakan penterjemah bahasa, Barantan menjadi salah satu narasumber pada pertemuan forum bisnis yang dihadiri ratusan pebisnis sarang waletasal Tiongkok dan mancanegara. Forum ini digunakan untuk meyakinkan pebisnis mancanegara agar mau menambah pembelian sarang waletnya dari Indonesia.
Kepala Bidang Karantina Hidup, drh Iswan Haryanto, memaparkan, proses sertifikasi dari karantina merupakan jaminan kualitas sarang walet yang diekspor ke Tiongkok. Ada tiga poin fokus karantina terkait hal ini, yaitu fungsi keterletusuran, proses pemanasan, dan residu nitrit.
"Semua titik kritis sudah dikendalikan. Kami lalukan monitoring, minimal satu kali setahun," jelas Iswan.
Sementara itu, Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPBSI), Boedi Mranats, yang juga hadir dalam forum tersebut menyebutkan, kuota walet yang diberikan pemerintah Tiongkok tahun ini sebanyak 150 ton, sedangkan estimasi pemenuhan dari lndonesia hanya sebesar 70 sampai 80 ton.
"Ini pasar yang wajib digarap," kata Boedi.
Berdasarkan data, ekspor sarang walet ke Tiongkok terus meningkat. Pada 2015 hanya 14,2 ton, 2016 sebanyak 22,5 ton, 2017 sejumlah 52,2 ton, dan pada 2018 hingga Agustus tercatat sudah 39,3 ton, dengan jumlah eksportir sebanyak 11 perusahaan. Sedangkan di luar Tiongkok, ada sekitar 26 negara, dengan total ekspor hingga Agustus 2018, mencapai 818,8 ton.
Banun, sebelumnya juga berkesempatan menemui para pengunjung pameran di stan Barantan. Salah satunya, Rudi dari PT Anugerah Citra, pelaku usaha ekspor sarang burung walet asal Tanggerang.
Banun menyampaikan, regulasi telah disiapkan Kementerian Pertanian, dalam hal ini Barantan, dan jelas sesuai dengan protokol ekspor karantina sarang burung walet dari Indonesia ke Tiongkok.
"Peluang ekspor sarang burung walet sangat besar, namun masih tergolong sedikit digarap. Ke depan, kami harap, sarang walet bisa jadi salah satu ekspor unggulan dan karantina sudah siap," tegasnya.

Sumber : https://www.suara.com/bisnis/2018/10/26/111711/ppbsi-permintaan-sarang-walet-ke-tiongkok-meningkat


Pagi SobaTani
Pagi ini #Mintani berbagi info mengenal Polder Mini, Sistem Pengelolaan Air Lahan Rawa di #HPS2018
Kementerian Pertanian (Kementan) memperkenalkan sistem polder mini sebagai model pengelolaan air di lahan rawa yang diterapkan pada lokasi Hari Pangan Sedunia (HPS) 2018 di Desa Jejangkit Muara, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan sebagai duplikasi dari yang dikembangkan di Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Sistem ini dikembangkan dengan mengadopsi praktik pengelolaan air tradisional yang memang sudah populer di masyarakat.
Sejak dulu para petani di lahan rawa sudah mengetahui bahwa kunci keberhasilan bercocok tanam, khususnya padi di lahan rawa sangat ditentukan oleh kondisi air. Pada saat bulan purnama misalnya petani mengetahui air pasang besar, demikian juga saat bulan mati terjadi pasang tinggi. Pada saat bulan sabit atau antara hari ke 7 menuju ke 14 atau hari ke 21 menuju 29 terjadi penurunan air atau surut. Pengalaman dari generasi ke generasi dengan pengamatan yang berulang-ulang akhirnya menghasilkan kearifan lokal (indegenous knowledge) untuk dapat memanfaatkan air untuk bercocok tanam.
Kepala Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan), Kementan, Hendri Sosiawan mengungkapkan salah satu cara praktis untuk menyiasati keadaan tata air di lahan rawa yaitu dengan membuat saluran yang disebut handil. Saat ini, ratusan bahkan ribuan handil sudah umum digunakan oleh masyarakat, terutama di sepanjang sungai-sungai besar seperti Barito, Mahakam, Kapuas, Kahayan, dan lainnya.

SOAL
Pak Aris mempunyai lahan kering seluas 6740 m2. Lahan tersebut akan di tanami caisim dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm.  Sebelum melakukan penanaman, Pak Aris mengolah lahan tersebut dengan menggunakan traktor. Bersamaan dengan pengolahan, Pak Aris mengaplikasikan pupuk organik. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kompos, dengan dosis 10 ton/ha. Selain menggunakan pupuk organik, Pak Aris juga mengaplikasikan pupuk anorganik 30 kg N, 40 Kg P2O5 dan 15 Kg K2O. Diketahui ketersediaan pupuk 45 % N, 36 % P2O5, dan 60 % K2O.
Selain menanam caisim  pak Aris juga menanam tomat dalam polybag dengan berat tanah dalam polybag 10 kg,  dosis pupuk  N 210 kg/ha(45% N), 100 kg P2O5/ha(36% P2O5) dan 70kg K2O/ha (60% K2O) , Maka :
1          Hitung kebutuhan pupuk organik dan anorganik tanaman caisim  dan tomat
Jawab :
a.       Tanaman Caisim
Pupuk Organik = 

Urea =  
TSP = 
Kcl = 
b.      Tanaman tomat pada polybag
Pupuk Organik = 

-----------------------------------------------------------------------Continoue------------------------------------------------------------


Continoue reading click here
1. Kandungan Molases
Molases merupakan sumber energi yang esensial dengan kandungan gula didalamnya. Oleh karena itu, molasses telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pakan ternak dengan kandungan nutrisi atau zat gizi yang cukup baik. Molasses memiliki kandungan protein kasar 3,1 %; serat kasar 0,6 %; BETN 83,5 %; lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 %.
Molasses dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Cane-molasses, merupakan molasses yang memiliki kandungan 25 – 40 % sukrosa dan 12 – 25 % gula pereduksi dengan total kadar gula 50 – 60 % atau lebih. Kadar protein kasar sekitar 3 % dan kadar abu sekitar 8 – 10 %, yang sebagian besar terbentuk dari K, Ca, Cl, dan garam sulfat; (2) Beet-molasses­ merupakan pakan pencahar yang normalnya diberikan pada ternak dalam jumlah kecil (Cheeke, 1999; McDonald dkk., 2001).
Kadar air dalam cairan molasses yaitu 15 – 25 % dan cairan tersebut berwarna hitam serta berupa sirup manis. Molasses yang diberikan pada level yang tinggi dapat berfungsi sebagai pencahar, akibat kandungan mineralnya cukup tinggi. Mollases dapat diberikan pada ternak ayam, babi, sapi dan kuda. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian mollases pada ransum ternak ruminansia adalah sebanyak 5 % yang terdiri dari jagung, dedak padi, tepung ikan, rumput gajah secara nyata dapat meningkatkan bobot badan. Akan tetapi penggunaan lebih dari 5 % akan berdampak negatif, yaitu berkurangnya peningkatan bobot badan karena energi pakan yang dihasilkan terlalu tinggi.
Berdasarkan hal tersebut, molases sering dimasukkan ke dalam ransum sebanyak 2 sampai 5 % untuk meningkatkan palatabilitas pakan. Molases dapat berfungsi sebagai pellet binder yang dalam pelaksanaanya dapat meningkatkan kualitas pelet. Penggunaan molasses pada industri pakan dengan level diatas 5 – 10 %, molasses dapat menyebabkan masalah, karena kekentalan dan terjadi pembentukan gumpalan pada mixer. Molases juga dapat digunakan sebagai bahan pakan untuk sejumlah industri fermentasi.

2. Manfaat
Contoh dari penggunaan molasses dalam ransum pakan yaitu melalui pengolahan pakan UMB (Urea Molasses Block) yang merupakan sumber protein 

-------------------------------------------------------------Contioue------------------------------------------------------------

Continoue reading click here
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Semakin hari tingkat kesadaran masyarakat Indonesia akan konsumsi buah dan sayuran yang minim akan bahan residu kimia seperti pestisida dan pupuk kimia semakin tinggi. Informasi akan dampak negatif apabila terlalu banyak mengkonsumsi pangan non-organik menjadikan sebagian orang mulai beralih ke panganan sehat dan alami yang tentu rendah bahan kimia. Buah dan sayuran organik menjadi pilihannya, walaupun memiliki harga di atas rata-rata buah dan sayur pada umumnya, banyak orang yang mulai menggemari konsumsi panganan tersebut. Disamping sehat dan alami, panganan organic memiliki jaminan masa depan yang lebih cerah dibandingkan dengan buah ataupun sayuran non-organik lainnya yang banyak beredar di pasaran.
Untuk menghasilkan buah ataupun sayuran organik yang berkualitas, tentunya dibutuhkan alat, bahan, dan juga komponen lainnya tak terkecuali lahan budidaya. Lahan budidaya untuk tanaman organic sendiri memiliki persyaratan dan kriteria khusus agar produk yang dihasilkan nantinya benar-benar organik. Maka dari itu, di dalam paper ini akan diuraikan penjelasan mengenai manajemen lahan organik.

1.2  Tujuan
Penyusunan paper ini bertujuan untuk mencari tahu seperti apa kriteria, persyaratan, serta manajemen lahan untuk budidaya pertanian organik.

1.3  Rumusan Masalah
1. Apa itu manajemen?
2. Seperti apa itu manajemen lahan pertanian organik?
3. Bagaimana cara melakukan manajemen lahan pertanian organik?
4. Mengapa manajemen lahan pertanian organik itu perlu dilakukan?
5. Kapan manajemen lahan pertanian organik itu dilaksanakan?

-------------------------------------------------------Continoue-----------------------------------------------

Continoue reading click here